Thursday, July 8, 2010

Expat di Saudi

Apa kabar Bapak/Ibu,

Tadi malam dalam perjalanan menuju ke mesjid untuk shalat Isya, saya melihat pemandangan yang membuat saya terharu dan bahagia sekaligus. Sekumpulan expat yang kalau saya lihat dari pakaian yang di gunakan sepertinya berasal dari Pakistan, melepas kepulangan temannya ke kampung halaman. Kenapa mau pulang aja kok ? biasa aja ? Ya, kalau sang expat dari kalangan engineers, atau kantoran yang biasanya bisa pulang ke negeri masing-masing sekali atau dua kali setahun. Namun berbeda dengan expat yang satu ini. Mereka dari kalangan pekerja "informal". Bisa pulang sekali dalam dua tahun sudah merupakan hal yang membahagiakan.

Bahagia sekali muka sang expat tersebut, dia selalu tersenyum. Teman-temannya membantu membawakan barang-barangnya ke dalam mobil pick up mini punya perusahaan tempat dia bekerja. Ramai sekali yang mengantarkan. Mereka saling berangkulan. Dalam hitungan saya paling tidak ada lima pieces koper ukuran sedang polo. Saya tidak tahu apakah dia memikirkan excess baggage nanti di pesawat, tapi saya meragukan itu. Saya yakin yang ada di pikirannya adalah pulang melihat anak, istri, Ibu, Bapak dan seluruh keluarga di kampung.

Menurut laporan FIDH (International Federation of Human Right) tahun 2003 paling tidak ada sekitar enam juta pekerja sektor informal di Saudi Arabia. Jumlah sesungguh tidak di ketahui, karena tidak semuanya terdokumentasikan. Yang jelas, masih menurut laporan FIDH tadi, mereka mewakili lebih 50% workforce di Saudi Arabia. Mereka datang ke Saudi dengan invitation baik dari corporate atau dari individu. Saudi tidak bisa tidak, sangat tergantung kepada keberadaan mereka sebenarnya. Jika saja tidak ada mereka, maka saya perkirakan bakal kacau Saudi.

Dua tahun tidak pulang. Tea boy berkebangsaan Bangladesh di salah satu perusahaan petrochemical di Jubail pernah ngobrol kesaya, "dulu saya di kasi pulang empat tahun sekali untuk satu bulan vacation. Sekarang alhamdulillah sudah dua tahun sekali untuk satu bulan vacation". Dia ngomong seperti ini karena iseng-iseng saya memperhatikan dia senyum dan merenung sendiri di pantry. Ternyata dua bulan lagi dia bakal liburan satu bulan di Bangladesh. Bahagia sekali rasanya.

Saya tidak mau berpolemik benar atau tidak dua tahun atau empat tahun sekali pulang. Saya cuma berharap mereka bisa pulang setiap minggu ke negaranya. Atau paling tidak nanti ada peraturan Saudi yang mengharuskan setiap majikan memberi tiket pulang-pergi kepada pekerjanya setiap empat bulan sekali. Mengikuti ijtihad Umar bin Khatab yang menyuruh pulang pasukannya yang sudah empat bulan berada di luar kampung halaman untuk kembali ke rumah bersama keluarga, sebelum nanti kembali lagi jika diperlukan. Menurut saya ini masalah serius.

No comments: